SELINGAN

GUNUNG MERAPI

Erupsi Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta mengakibatkan 42 orang tewas dan sedikitnya 75.770 orang mengungsi. Pengungsi terbanyak dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana melansir, sampai Selasa 2 November 2010 pukul 18.00, data pengungsi yang telah terhimpun sebanyak 21.782 jiwa di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; 5.129 jiwa di Kabupaten Klaten, 37.233 jiwa di Kabupaten Magelang, dan 9.387 jiwa di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Sementara itu data korban meninggal di Kabupaten Sleman tercatat 39 orang dan 13 orang luka-luka. Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah tercatat 3 orang meninggal dunia dan 1.699 orang luka/sakit, yang tersebar di 8 kecamatan.

Upaya penanganan yang dilakukan pada hari ini adalah melanjutkan pemenuhan kebutuhan dasar untuk pengungsi berupa makanan, selimut, tenda, MCK, alas tidur dan masker. Namun demikian masih ada beberapa tempat pengungsian yang membutuhkan tambahan sarana MCK.

Kondisi kesehatan pengungsi mulai terganggu penyakit seperti infeksi saluran pernafasan atas, gatal-gatal, penyakit otot dan pegal-pegal. Langkah-langkah yang telah dilakukan adalah perawatan dan pengobatan, penyuluhan ‘perilaku hidup bersih, perbaikan sanitasi lingkungan, perbaikan gizi, dan antisipasi datangnya penyakit.

Si Juru Kunci Gunung Merapi

Mbah Maridjan Bukan Superhero

BANYAK orang mengatakan bahwa Mbah Maridjan adalah juru kunci Gunung Merapi. Padahal, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan kepada para wartawan, bahwa Mbah Maridjan bukan juru kunci Gunung Merapi. Melainkan, juru kunci keraton yang mendapat titah (tugas) dari keraton untuk melaksanakan upacara budaya tradisional di Gunung Merapi.

Anggapan bahwa Mbah Maridjan hebat juga perlu diverifikasi secara empiris. Yang pasti, pada 2006 Mbah Maridjan menolak diungsikan, walaupun para ahli vulkanologi dan Tim SAR membujuk Mbah Maridjan untuk turun gunung. Terbukti, Mbah Maridjan selamat. Lantas media massa membesar-besarkan kasus itu. Bahkan Mbah Maridjan dijadikan bintang iklan. Padahal, kehebatannya bukanlah kehebatan empiris. Hanya satu kali. Terbukti, pada 2010 Mbah Maridjan gagal dan tewas.

Ada anggapan bahwa Mbah Maridjan seorang leader dan bahkan perlu diusulkan jadi pahlawan. Ini juga tidak benar. Yang namanya leader yaitu orang yang mampu memimpin orang lain dan dirinya sendiri. Sedangkan Mbah Maridjan tidak mampu memimpin dirinya sendiri.

Anggapan bahwa Mbah Maridjan mati khusnul khotimah juga tidak benar. Ada 18 ciri khusnul khotimah. Dua di antaranya mirip dengan peristiwa Mbah Maridjan, yaitu mati terbakar dan sedang shalat. Padahal, yang dimaksud mati terbakar adalah apabila tidak sengaja. Sedangkan Mbah Maridjan sengaja. Shalatnya Mbah Maridjan bagus. Tetapi, seharusnya Mbah Maridjan menyelamatkan diri kemudian shalat. Namun yang dilakukan Mbah Maridjan adalah shalat dalam kondisi menantang logika alam. Menantang bencana. Padahal, menyelamatkan diri dari bencana menurut agama Islam hukumnya wajib.

Kubah Lava Baru Merapi Rawan Longsor



Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) memperkirakan kubah lava baru Gunung Merapi yang baru terbentuk menggantikan kubah lava 2006 berada di posisi rawan longsor.

"Posisi kubah lava baru yang terpantau dari Pos Deles adalah di sisi tenggara Merapi dan berada di posisi rawan longsor," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK)Yogyakarta Sri Sumarti di Yogyakarta, Rabu (3/11).

Menurutnya, posisi kubah lava baru di tempat yang terbuka itu akan mudah longsor jika terus menerus mendapat tekanan dari bawah. Ia menyebutkan diameter kubah lava baru yang telah terbentuk dari hasil erupsi tahun ini sekitar 50 meter.

Pascaerupsi eksplosif 26 Oktober lalu terbentuk kawah dengan diameter 200 meter, namun terbuka mengarah ke hulu Kali Gendol. Sementara itu, aktivitas seismik Merapi pada Selasa (2/11) masih didominasi guguran yaitu sebanyak 177 kali, gempa multiphase (MP) 84
kali, gempa low frequency enam kali, dan awan panas guguran 26 kali.

Pada hari ini kembali terjadi awan panas guguran 12 kali hingga pukul 06.00 WIB. Kemudian terjadi lagi, yaitu lima kali awan panas guguran hingga pukul 08.21. Lima kali awan panas yang terjadi setelah pukul 06.00, 07.33, 07.48, 07.52, dan pukul 07.55 yang mengarah ke
hulu Kali Gendol dengan jarak luncur rata-rata tiga kilometer.

1. Normal
Makna:
    * Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
    * Level aktivitas dasar
Tindakan:
    * Pengamatan rutin
    * Survei dan penyelidikan

2. Waspada
Makna:
    * Ada aktivitas apa pun bentuknya
    * Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
    * Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
    * Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
Tindakan:
    * Penyuluhan/sosialisasi
    * Penilaian bahaya
    * Pengecekan sarana
    * Pelaksanaan piket terbatas

3. Siaga
Makna:
    * Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
    * Peningkatan intensif kegiatan seismik
    * Semua data menunjukkan aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
    * Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
Tindakan:
    * Sosialisasi di wilayah terancam
    * Penyiapan sarana darurat
    * Koordinasi harian
    * Piket penuh

4. Awas
Makna:
    * Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
    * Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
    * Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
Tindakan:
    * Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
    * Koordinasi dilakukan secara harian
    * Piket penuh